Adakah
yang lebih menyakitkan di dunia ini dari ditinggalkan begitu saja tanpa sepatah
kata pun penjelasan. Maka terlalu aneh bagiku, ketika seseorang menutup
kesempatan untuk orang lain yang mati-matian ingin menjelaskan atau hanya sekedar mengatakan sesuatu. Sementara aku disini sibuk menanti sebuah penjelasan yang bahkan tak ku tahu
berujungkah penantian ini.
“Sudahlah
Za, kau tak harus memahami apa yang ia tidak ingin kau pahami..”
“Mei,
aku tidak masalah. Aku tidak ingin mengganggu hajat orang lain apalagi
menyangkut hajat orang banyak. Tapi ini menyangkut aku. Ini bukan lagi masalah
mau tidak mau. Tapi kalau ia memang gentle ia akan datang padaku dan memberi
penjelasan bahkan sepahit, sepedih, sesakit apapun penjelasan itu..”
“Kau
memang selalu keras kepala, sahabatku..”
“Tahukah kau,
ketika kau tengah menunggu penjelasan yang hanya terdapat pada orang-orang yang
tidak gentle. Maka boleh jadi kau salah, boleh jadi kau hanya membutuhkan
sedikit penjelasan kepada dirimu sendiri bahwa kau tak perlu lagi menunggu
sesuatu yang sama sekali tidak pasti.”
“Kau benar Mei.. Tapi
biarlah aku melakukan hal bodoh ini demi dia..”
Mei terdiam, membiarkan si
keras kepala ini ikut terdiam. Mei benar, sungguh benar. Tapi adakah yang lebih
mujarab dari perasaan wanita. Sayangnya kerap kali perasaan wanita selalu
mendominasi dalam hal apapun. Tak terkecuali untuk peristiwa ini.
“Aku tahu Za, kau tahu apa
yang musti kau lakukan. Aku yakin kau akan baik-baik saja. Aku pulang ya..” Mei
menyentuh pelan lenganku. Aku mengangguk membiarkan Mei berbalik
meninggalkanku.
Mei telah pergi, tapi kata-katanya tak pernah pergi.
Begitu juga dengannya, kau memang telah pergi tapi mengapa kau tetap tinggal di
hati? Cinta memang selalu begitu. Aku bergumam membisikkan dalam hati.
Tiba-tiba saja mataku tertuju pada secarik kertas di meja
belajarku. Aku mengambilnya lantas membacanya dengan tangan bergetar.
Bertemu denganmu tidak pernah ada
dalam agendaku. Begitu pula mungkin denganmu, tak tebersit namaku dalam hari-harimu,
dulu.
Saat pertama kali bertemumu, tak ada
yang asing. Kau seperti dikirimkan dari masa lalu, seperti seseorang yang
memang seharusnya menghuni ruang hatiku. Namun, tak ada dari kita yang
menyadarinya. Sampai aku bergerak menjauh, dan kau berbalik menghilang.
Padahal, rinai tawamu kusimpan, dan selalu kujaga dengan rindu menderu.
Diam-diam, aku membisikkan harap, kapan kita berjumpa lagi?
*Fly To The Sky
Satria..
Maka
sempurnalah gelisah ini menemani malamku. Puisi Adinda milik NOAH
mengantarkanku pada mimpi yang sempurna. Mimpi berjumpa kembali denganmu dan
sepotong penjelasan yang kau ucapkan padaku.
Selamat
malam..
#Anisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
write a comment . . .