selamat datang

Jumat, 22 Januari 2016

Sepotong Penjelasan


Adakah yang lebih menyakitkan di dunia ini dari ditinggalkan begitu saja tanpa sepatah kata pun penjelasan. Maka terlalu aneh bagiku, ketika seseorang menutup kesempatan untuk orang lain yang mati-matian ingin menjelaskan atau hanya sekedar  mengatakan sesuatu.  Sementara aku disini sibuk menanti  sebuah penjelasan yang bahkan tak ku tahu berujungkah penantian ini.
“Sudahlah Za, kau tak harus memahami apa yang ia tidak ingin kau pahami..”
“Mei, aku tidak masalah. Aku tidak ingin mengganggu hajat orang lain apalagi menyangkut hajat orang banyak. Tapi ini menyangkut aku. Ini bukan lagi masalah mau tidak mau. Tapi kalau ia memang gentle ia akan datang padaku dan memberi penjelasan bahkan sepahit, sepedih, sesakit apapun penjelasan itu..”
“Kau memang selalu keras kepala, sahabatku..”
Tahukah kau, ketika kau tengah menunggu penjelasan yang hanya terdapat pada orang-orang yang tidak gentle. Maka boleh jadi kau salah, boleh jadi kau hanya membutuhkan sedikit penjelasan kepada dirimu sendiri bahwa kau tak perlu lagi menunggu sesuatu yang sama sekali tidak pasti.”
“Kau benar Mei.. Tapi biarlah aku melakukan hal bodoh ini demi dia..”
Mei terdiam, membiarkan si keras kepala ini ikut terdiam. Mei benar, sungguh benar. Tapi adakah yang lebih mujarab dari perasaan wanita. Sayangnya kerap kali perasaan wanita selalu mendominasi dalam hal apapun. Tak terkecuali untuk peristiwa ini.
“Aku tahu Za, kau tahu apa yang musti kau lakukan. Aku yakin kau akan baik-baik saja. Aku pulang ya..” Mei menyentuh pelan lenganku. Aku mengangguk membiarkan Mei berbalik meninggalkanku.
            Mei telah pergi, tapi kata-katanya tak pernah pergi. Begitu juga dengannya, kau memang telah pergi tapi mengapa kau tetap tinggal di hati? Cinta memang selalu begitu. Aku bergumam membisikkan dalam hati.
            Tiba-tiba saja mataku tertuju pada secarik kertas di meja belajarku. Aku mengambilnya lantas membacanya dengan tangan bergetar.
Bertemu denganmu tidak pernah ada dalam agendaku. Begitu pula mungkin denganmu, tak tebersit namaku dalam hari-harimu, dulu.
Saat pertama kali bertemumu, tak ada yang asing. Kau seperti dikirimkan dari masa lalu, seperti seseorang yang memang seharusnya menghuni ruang hatiku. Namun, tak ada dari kita yang menyadarinya. Sampai aku bergerak menjauh, dan kau berbalik menghilang. Padahal, rinai tawamu kusimpan, dan selalu kujaga dengan rindu menderu. Diam-diam, aku membisikkan harap, kapan kita berjumpa lagi?
*Fly To The Sky


Satria..
Maka sempurnalah gelisah ini menemani malamku. Puisi Adinda milik NOAH mengantarkanku pada mimpi yang sempurna. Mimpi berjumpa kembali denganmu dan sepotong penjelasan yang kau ucapkan padaku.
Selamat malam..
#Anisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

write a comment . . .