selamat datang

Kamis, 25 April 2013

Dari Rahma Syahidah

kau merasuk dalam dimensi ruangku
menyeruak tepiskan gelayut rindu 
akan indahnya goresan pualam
 dalam lembaran hidup yang membungkam
 hadirkan dentingan nada
 tuk iringi kisah kita
 terhimpun dalam simponi-simponi cinta
 tuk ukir pelangi penuh warna 
sebuah kisah yang kan terus terndra 
dalam benang-benang tulus ukhuwah yang tercipta 
 sobat...
 moga tangan ini terus erat tergenggam
 bibir ini tulus merekahkan senyum
 dan persahabatan yang ada kan selalu tertanam 
walau jarak antara kita tak pernah tenggelam 

Sabtu, 06 April 2013

Penjelajah Muslim dari Tiongkok part II

Masa kecil laksamana cheng ho Walaupun tidak banyak catatan yang bisa menggambarkan masa kecil laksamana cheng ho, namun diketahui bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 1371 di propinsi Yunan. Ada artikel juga menyebutkan lebih spesifik yaitu di Hodai, sebuah kampung di Daerah Bao San. Orang tuanya memberi nama Ma he, sedangkan Ma San po ( dialek fujian bisa diucapkan Sam Po, Sam Po) merupakan nama kecil dari Laksamana Cheng ho. Ia dilahirkan sebagai anak kedua dari pasangan Ma Hazhi dan Wen ibunya. Sebagai orang hui, yaitu etnis china yang sebagian besar adalah muslim, Cheng ho sejak kecil sudah memeluk agama islam. Baik kakeknya dan ayahnya sudah menunaikan rukun haji. Seperti diketahui kata hazhi dalam dialek mandarin mengacu pada kata Haji. Saat dinasti Ming menguasai Yunnan dari dinasti Yuan ( bangsa Mongol ), banyak pemuda yang ditangkap dan dijadikan kasim di Nanjing. mahe yang saat itu berumur 11 tahun pun diabdikan ke Raja Zhu di istana beiping ( sekarang beijing ). Masa menjadi kasim Ketika menjadi kasim atau abdi kaisar, Kasim san po berhasil menunjukkan keberaniannya seperti ketika memimpin dalam perebutan tahta melawan kaisar Zhu Yunwen ( dinasti Ming ). Antara tahun 1405 dan 1433, kaisar Zhu mensponsori beberapa ekspedisi armada laut ke beberapa penjuru dunia. Tujuannya adalah mengembalikan kejayaan tiongkok, mengontrol perdagangan, dan memperluas pengaruh di samudera Hindia. Disinilah kasim san po menawarkan diri untuk melakukan misi ekspedisi ini dan Kaisar menyetujui. Mungkin disinilah nama Laksamana Zheng He atau Cheng Ho mulai digunakan. Ketika itu tahun 1405, armada yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho melakukan perjalanan pertamanya. Armada ini terdiri dari sekitar 300 kapal dengan diawaki 28ribu awak kapal. Diperkirakan armada ini terdiri dari 6 kapal besar yang biasa digunakan dalam perjalanan kekaisaran.

Penjelajah Muslim dari Tiongkok part I

Cheng Ho adl seorang laksmana pd zaman Dinasti Ming, dg menyebarkan misi damai di seluruh nusantara. Cheng Ho memiliki armada 200 kapal & 27 awak kapal serta pernah memimpin 7 kali ekspedisi mengarungi jarak >50km dg kurun waktu yg fenomenal. Suatu hari, salah satu orang kepercayaannya yaitu Wang Jinghong terkena sakit cacar, takut menular lalu ia menurunkannya di Pelabuhan Simongan. Disitulah dg tangannya sendiri Cheng Ho merawat orang kepercayaannya hingga sembuh. Subhanalloh, ia orang yg sangat berkuasa, hanya dg perintah saja ia bisa melakukannya, tapi ia seorang pemimpin yg amat bijaksana.. ia malah menyuruh orang kepercayaannya yang lain untuk memimpin ekspedisi dan ia kembali saat Wang Jinghong sembuh.

Kamis, 04 April 2013

Tukang Kayu yang Menginginkan Pensiun

Seorang tukang kayu tua ingin pensiun dengan pekerjaannya. Keinginannya itu telah disampaikannya pada atasan. Si atasan pun sedih, karena ia akan kehilangan salah satu pekerja terbaiknya. Maka dengan berat hati ia mengizinkan tapi dengan satu syarat, untuk terakhir kalinya ia memohon kepada si tukang kayu untuk membuatkan sebuah rumah. Dengan sedikit kesal ia setuju dengan syarat si atasn. Karena ia tidak begitu setuju, maka proyek itu dikerjakannya dengan setengah hati dan menggunakan bahan-bahan ala kadarnya. Beberapa bulan kemudian rumah pesanan si atasan telah jadi. Tapi bukan hasilnya bukanlah rumah yang terbaik, ia malah mengakhiri kariernya dengan prestasi sangat mengecewakan, gara-gara ia hanya mengerjakannya dengan setengah hati. Lalu, si tukang kayu menemui si atasan untuk menyampaikan bahwa rumah pesanan itu sudah jadi, dan tak disangkanya ternyata si atasan memberikan sebuah kunci rumah untuknya. Ternyata rumah buatannya itu adalah hadiah terakhir dari si atasan atas segala prestasi si tukang kayu. Betapa terkejutnya si tukang kayu, jika saja ia tahu pasti ia takkan mengerjakannya dengan setengah hati. Dan ia akan berusaha mati-matian membuat karya terbaik. Tapi ia pun tetap menerima hadiah itu meski dengan hati penuh kekecewaan. Moral : Jalani hidup ini dengan sepenuh hati….

Solusi Dalam Keheningan

Seorang pekerja penggergajian kayu memakai arlojinya saat bekerja. Tanpa sengaja, ia menjatuhkan arloji miliknya yang pasalnya itu arloji kesayangannya. Arloji itu terbenam diantara tingginya tumpukan serbuk kayu. Ia berusaha keras mencari arlojinya dengan mengeluh atas keteledorannya. Lalu ia dan para pekerja lain membongkar serbuk kayu sedikit demi sedikit, namun arloji itu tidak juga ditemukan. Jam menunjukkan pukul 12.00 para pekerja duduk-duduk beristirahat. Dari tadi mereka tidak memperhatikan ada seorang anak berumur 7 tahunan duduk memperhatikan kegaduhan mereka dalam mencari sebuah arloji. Kemudian ia jongkok sambil memasang telinga seperti sedang mendengar bunyi sesuatu. Tidak beberapa lama tangannya mulai mencari arloji dalam tumpukan serbuk kayu. Akhirnya arloji itu ditemukan oleh seorang anak kecil seorang diri. Dan pekerja itu merasa sangat senang karena arloji itu dapat ditemukan juga menyimpan keheranan. Jika banyak pekerja beramai-ramai mencari arloji itu tidak ketemu, mengapa seorang anak kecil seorang diri mampu menemukannya. Ia pun bertanya, “Bagaimana caramu menemukan arlojiku?”. Dengan santai anak kecil itu menjawab, “Aku hanya jongkok dan dengan santai mendengarkan bunyi tik-tak, tik-tak dan dari bunyi itulah aku tahu dimana letak arloji itu.” Moral : berpikir tenang dan tidak terburu-buru juga fokus pada apa yang ingin ia dapatkan.

Garam Dalam Segelas Air

Seorang pemuda sengaja mendatangi seorang kakek yang dianggapnya sebagai orang bijak. Si kakek dengan sangat ramah mempersilahkan si pemuda masuk ke dalam rumahnya yang amat sederhana. Ketika itu mulailah si pemuda bercerita tentang dirinya yang sering gelisah, stres dan mudah sekali tersinggung sehingga dimana ia berada hampir selalu timbul konflik. Usai cerita habis si kakek masuk ke kamar, tak lama kemudian ia datang dengan membawa segelas air putih. Dengan ramah ia mempersilahkan, “Silahkan diminum hai anak muda.”. Pemuda itu meminumnya tapi baru air itu masuk dalam mulutnya ia terkejut. “Air apa ini Kek? Kenapa asin sekali”, kata si pemuda tersebut. Si kakek hanya tersenyum. Lalu ia mengajak si anak muda ke belakang rumahnya. Ternyata disana terdapatlah danau yang indah. Pemuda berdecak kagum. Tiba-tiba si kakek menaburkan segenggam garam ke danau itu. “Anak muda, apa yang kamu rasakan jika meminum air itu?”, Tanya kakek bijak. “Tentu kesejukan dan kesegaran yang aku rasakan.”, jawabnya mantap. “Kau benar anak muda, jika saja kita umpamakan gelas tadi dan danau ini hati kita, sedangkan garam adalah permasalahannya. Maka itu artinya permasalahan itu akan hilang dengan sendirinya atau tidak terasa apabila kita melapangkan hati kita. Segenggam garam akan terasa asin jika ditaruh dalam segelas air tapi tak berarti apa-apa jika ditaruh dalam danau ini. Begitu juga pada hati kita, beratnya permasalahan tidak akan menjadi penyakit hati apabila kita pandai melapangkan hati kita. Karena orang yang sempit hatinya pasti akan merasa hidup ini sangatlah berat.” Moral : Terima semua masalah dengan lapang dada…