selamat datang

Senin, 24 Februari 2014

Aiiyya

Guys, tahu ga si Eka Gustiwana? Itu lho komposer berbakat.
Atas partisipasinya terhadap korupsi di Indonesia dia bikin lagu ini. Tonton yuk!



Minggu, 23 Februari 2014

Segudang Keutamaan Untuk Ibunda



Hebat rasanya bilamana mendengar seorang wanita lulusan universitas ternama, bekerja di perusahaan mentereng serta dengan gaji sekian puluh juta per bulan. WOW! Tampaknya kesuksesan telah ia raih. Namun benarkah seperti itu?
Yang telah maklum di masyarakat kita, kesuksesan lebih dinilai dari segi materi, sehingga jika sesuatu yang tidak menghasilkan materi dianggap remeh. Itulah penyebab rasa malu, minder yang kerap menghinggapi sebagian ibu rumah tangga. Selama ini masyarakat menganggap wanita yang berkarier dan memiliki kedudukan jauh lebih terhormat dibanding dengan wanita yang mengabdikan dirinya untuk keluarga. Bahkan ada sebagian yang menganggap aneh, bila ada wanita yang bercita-cita untuk tetap tinggal di rumah. Mereka menganggap mubadzir pendidikan yang ditempuhnya selama ini.
Wah wah wah.. Padahal tempat terbaik bagi wanita untuk mengaktualisasikan dirinya adalah rumahnya. Dari rumah mereka terbebas dari gangguan dan segala kemadharatan yang membahayakan keselamatan jiwa dan agamanya. Dari rumah pula mereka akan mencetak generasi-generasi Islami yang tangguh yang akan menjadi pondasi tegaknya suatu bangsa. Meski demikian, para wanita tetap diizinkan untuk beraktivitas keluar. Para wanita bisa bekerja diluar khususnya pada bidang-bidang yang membutuhkan sentuhan wanita, seperti tenaga medis dan pendidik. Namun yang kerap menjadi permasalahan adalah bagaimana wanita tersebut memposisikan diri. Tidak hanya asal berkarier, apalagi kalau hanya mengikuti trend mode masyarakat tanpa memperhatikan sisi syar’i seperti mendapat izin suami, aman bagi keselamatan dan kehormatan dirinya serta menutup aurat. Karena Rasulullah bersabda, “Kalian telah diizinkan keluar untuk memenuhi kebutuhan kalian.” (HR Bukhari).
Pertumbuhan generasi suatu bangsa pertama kali ada didalam buaian para ibu. Ini berarti para ibu telah mengambil peran penting dalam pembentukan pribadi sebuah generasi. Mengajari akidah yang lurus, mengajarkan akhlak mulia serta adab dan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Maka tak sepantasnya rasa malu dan minder menghinggapi para ibu rumah tangga karena Allah telah menjamin pahala yang besar untuk mengganti kelelahannya.

Jumat, 21 Februari 2014

M Yusuf Nur Ubay

Wah..wah..
Indonesian Idol 8 udah dimulai Guys!
Kalian pasti ga asing lagi sama si keen UBAY!
M Yusuf Nur Ubay yang suka main saxsophone, jago nge-dance, ngerapp oke, keyboard da biola juga dia sikat..
Ada yang pengen biodatanya Si multitalent ini? Nih..
Nama          : M Yusuf Nur Ubay
Nampang    : Ubay
Umur           : 17 tahun
Tinggal         : Yogyakarta
Kota Asal    : Magelang, Jawa Tengah
Twitter         : @UbayIDOL8



Buat Apa Sekolah

*Buat apa sekolah?

Siapa yang pernah menonton 3 idiots? Banyak. Siapa yang suka film itu? Banyak yg suka. Tetapi siapa yg sebenarnya mengambil pelajaran paling cemerlang dari film itu? Entahlah, siapa yg mengambil manfaatnya.

Ada ibu-ibu dengan anak gadis yang siap menikah. Menonton 3 idiots, ibu-ibu ini sampai menangis. Tapi saat anaknya bilang mau menikah, dan hanya akan jadi ibu rumah tangga saja, ibu-ibu langsung bergegas bilang, "nggak boleh. enak saja sy sekolahkan tinggi2, hanya untuk jadi ibu rumah tangga!" Lihatlah, jawaban itu menunjukkan sama sekali tidak berbekas pemahaman yang datang dari film barusan ditontonnya.

Kita ini sekolah tinggi2 buat apa sih? Buat nyari pekerjaan keren? Buat jadi pegawai? PNS? Buat nyari rezeki? Keliru kalau jawabannya iya. Saya membuka kitab-kitab, membaca buku-buku tua, menelusuri kesemua hal, tidak ada satupun nasehat yang bilang: sekolahlah tinggi2, agar besok bisa jadi pejabat, kaya raya, dan berbagai ukuran duniawi lainnya, dsbgnya, dsbgnya. Apalagi kalau membuka kitab yg tidak penah keliru: Al Qur'an, juga merujuk nasehat yg tidak akan salah: riwayat Rasul, seruan untuk belajar, tidak ada rumusnya dengan ukuran duniawi.

Kita disuruh belajar, mencari ilmu (dalam dunia yg sangat modern ini ukurannya adalah SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, S4, S5 dstnya), murni agar kita banyak tahu, asli agar kita paham banyak hal, dan ilmu itu b-e-r-m-a-n-f-a-a-t bagi kehidupan kita sehari2. Seorang istri yang S3, tidak ada masalah sama sekali tetap menjadi ibu rumah tangga, dan ilmunya bisa bermanfaat utk keluarganya. Ilmunya bisa bermanfaat buat tetangga, sekitar, aktivitas apa saja yg bisa dia lakukan, terlepas mau bekerja di perusahaan/pemerintah atau hanya bekerja di rumah.

Itu benar, saya tidak akan membantahnya, memang ada korelasi kuat antara berpendidikan dengan masa depan cerah, tapi definisi 'masa depan cerah' itu bukan s-e-m-a-t-a-2 ukuran duniawi yang membuat proses belajar selama ini jadi kosong. Bukan hanya itu.

Maka, kembali ke film 3 idiots tadi, bukankah Rancho hanya belajar dan belajar. Dia senang belajar, dia senang mencari ilmu. Titik. Sisanya, serahkan pada nasib. Dia tidak peduli gelar, dia tidak peduli mau bekerja jadi apa, dia tidak peduli. Bahkan saat dia harus menyingkir dari 'kehidupan', pergi menjauh dari gemerlap banyak hal, justeru kehidupan dan gemerlapnya dunia yang datang kepadanya. Sementara Silencer, teman kuliahnya dulu yg selalu sibuk berhitung atas duniawinya, merasa sudah memenangkan segalanya, ternyata kosong saja, dia hanyalah orang yg amat tergantung nasibnya dgn orang lain. Takut dipecat kerja, tergantung nafkahnya dari orang lain, dan diperbudak oleh materi. Sejatinya Silencer hanya orang 'suruhan', terutama suruhan ambisi dan nafsu duniawi--meskipun direktur sekalipun posisinya.

Aduh, bukankah rumus ini banyak terjadi di sekitar kita? Ada banyak teladan yg memilih sibuk belajar, belajar, bekerja, bekerja, terus menjadi yg terbaik, mau jadi apapun dia, bahkan sekadar ibu rumah tangga, hidupnya t-e-r-n-y-a-t-a tetap spesial, bermanfaat bagi banyak orang. Sebaliknya, buanyaaak sekali, yg sibuk menghitung nilai raport, menghitung sekolah sy elit, keren, saya sudah S2, S3, situ apa sih? sy sekolah di kampus ngetop, situ dimana sih? Ternyata tidak pernah lepas dari kungkungan hidupnya, meskipun boleh jadi secara kasat mata sukses menurut ukuran dunia saat ini.

Demikianlah.



# Darwis Tere Liye

Senin, 03 Februari 2014

Kata Bijak Darwis Tere Liye

“Tapi apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak disengaja ?” 
― Tere Liye, Kisah Sang Penandai

“Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus dimengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahamim pemahaman yang tulus.” ― Tere Liye

“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.” 
― Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana. Pengorbanan yang sederhana kesetiaan yang tak menuntut apapun dan keindahan yang apa adanya.” (Darwis Tere Liye)

“Begitulah kehidupan, Ada yang kita tahu, ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.” 
― Tere Liye, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
 
 

Gempa, Kado Tahun Baru 2014 Untuk Kebumen ??

Kebumen sedang berkabung, pasalnya (25/01) gempa berskala 6,5 SR mengguncang daerah Kebumen, Banyumas, Solo, Jogjakarta bahkan terasa dampaknya hingga TasikMalaya.
Gempa yang diduga berpusat di Barat Daya kota Kebumen ini, merobohkan 3 rumah di Jogjakarta, masjid besar di Pekuncen, 21 rumah di Cilacap hingga sekolah dasar. Kepanikan warga pun terjadi dimana-mana, apalagi bagi masyarakat Jogja yang masih trauma dengan gempa 2006 silam.

BMKG memperkirakan akan ada 18 kali gempa susulan dan puncaknya bisa mencapai 9,3 SR dan tentu saja berpotensi tsunami.
Bencana yang melanda kota kecil Kebumen mengawali perjalanan kota Kebumen di tahun 2014. Mungkinkan gempa ini sebagai kado tahun baru 2014 untuk Kebumen ??

Apapun itu Kebumen perlu merenung . . .